Semerbak keragaman yang ada di Indonesia merupakan wujud perjalanan
khatulistiwa yang terus bergerak dari waktu ke waktu. Esensi perkembangan adat
dan budaya dari keragaman tersebut menjadi sebuah keunikan yang khas dari
individu atau suatu kumpulan kelompok yang mengidentitaskan kecirikhasannya
tersebut. Yangmana hal ini dapat merujuk pada sebuah keyakinan yang secara
turun-temurun dari nenek moyang terdahlu, sehingga hal tersebut melekat pada
jiwa seseorang yang terlingkup dalam kondisi adat dan budayanya.
Merefleksikan diri sebagai salah satu orang yang ikut
terbawa arus dari adanya keragaman adat dan budaya. Semua itu seperti fenomena
identitas diri kita yang berada di atas
sebuah adat dan budaya, sehingga sadar atau tidak sadar bahwa hal tersebut
seperti wujud dari pribadi kita yang dikotak-kotakan oleh arus perkembangan
zaman yang adatnya membudaya. Mengulas kondisi keadaan diri yang sedang
terlingkup pada situasi adat dan budaya yang didapat dari garis keturunan. Hal ini
merupakan suatu kondisi yang harus diterima sebagai pewaris garis keturunan.
Berbicara mengenai pewaris keturunan dari sebuah adat dan
budaya, yangmana dalam kondisi ini saya merupakan salah satu orang yang
terlahir dari keturunan jawa. Yangmana dengan adanya kondisi tersebut membuat
saya terlingkup pada sebuah lingkup adat, budaya dan kebiasaan-kebiasaan dari
daerah jawa. Memang tidak bisa dipungkiri, yangmana bahwa adalah saya yang
merupakan seseorang yang terlahir dari keturunan jawa, secara sadar atau tanpa
saya sadari, keunikan yang muncul dari pribadi saya secara karakteristiknya,
sedikit banyak telah menggambarkan identitas diri sebagai seseorang yang
terlahir dari kebudayaan jawa.
Namun, dalam hal ini saya juga ingin mengungkapkan
refleksivitas diri saya sebagai seorang individu, yangmana walaupun saya
terlahir sebagai seorang individu keturunan jawa, tapi ada juga hal-hal yang ada pada diri saya yang tidak sama seperti
pada keturunan jawa kebanyakan. Yangmana contohnya yaitu saya menyukai hal-hal
yang pedas dalam makanan, dan kondisi itu sering kita temukan biasanya pada
seseorang yang berasal dari sumatra, yangmana orang-orang disana lebih dominan
menyukai makanan yang pedas-pedas. Tetapi, bukan berarti juga saya tidak
menyukai masakan jawa yang memiliki ciri khas manis, saya juga suka masakan
jawa yang memiliki ciri khas manis tersebut. Selain hal itu, saya juga ingin
mengungkapkan reflektivitas saya pada hal yang lainnya juga, yangmana kondisi
ini sering saya alami ketika saya baru berjumpa dengan seseorang yang baru saya
kenal, kondisi tersebut terjadi pada kesalahpahaman seseorang yang mengungkap
bahwa saya adalah seseorang yang berasal dari keturunan jawa, padahal
kenyataannya saya adalah seseorang yang berasal dari keturunan jawa.
Namun, pada kondisi lain ketika saya melihat dari seseorang
yang berbeda adat, budaya, dan kebiasaannya dari saya. Yangmana saya berpikir
dengan pemahaman yang saya ketahui yaitu saya mengira bahwa semua orang yang berasal
dari daerah sumatra itu pasti menyukai makanan yang memiliki ciri khas pedas,
tetapi ada pada suatu kondisi yangmana saya menemukan ternyata seseorang yang
saya jumpai ini, yangmana ia berasal dari keturunan sumatra tetapi ternyata
orang ini tidak menyukai makanan pedas-pedas. Menyambung pada kondisi diatas yang
membahas tentang dua orang yang berasal dari daerah yang berbeda. Dan cerita
saya ini berhubungan tentang dua orang yang juga berasal dari daerah yang
berbeda, yanamana kondisinya yaitu satu orang yang berasal dari daerah sunda
dan yang satu lagi berasal dari daerah betawi. Pada suatu hari ada seseorang
yang meminta tolong karena ia terjebur kedalam sumur. Singkat cerita, ada dua
orang yang ingin menolong seseorang yang sedang terjebur kedalam sumur
tersebut, yangmana satu orang ini yang berasal dari sunda dan yang satu lagi
berasal dari betawi. Kondisinya pada waktu itu yaitu orang yang berasal dari
sunda ini ingin cepat-cepat langsung menolong orang yang terjebur sumur itu
lalu ia mengatakan “teraje” kepada orang betawi ini, dan sepenangkapan pemahaman
orang betawi ini yaitu orang sunda ini
mengatakan entar aje, jadi si orang betawi tersebut menangkap maksud perintah
dari orang sunda tersebut yaitu nanti saja menolongnya. Padahal, teraje yang
dimaksud oleh orang sunda ini yaitu tangga, yangmana tangga tersebut dipakai
untuk menolong orang yang sedang terjebur kedalam sumur.
Berdasarkan pada cerita diatas, kita dapat merefleksikan
diri yaitu bahwa kita harus dapat bersikap untuk mau mengenal lebih dalam dari
karakteristik budaya kita yang berbeda-beda. Jadi kita tidak hanya mengenal
dari kulit luarnya saja, yangmana dengan mau memahami dan mengetahui lebih
mendalam tentang budaya yang berbeda dengan kita, kita juga bisa belajar untuk
menghargai perbedaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar